google3e295b9834190349.html PROSPEKTIF MASA DEPAN KAWASAN KOTA TUA SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI BUDAYA DAN ARSITEKTUR | AHMADSOFWAN
Subscribe:

Pages

Rabu, 07 Juni 2017

PROSPEKTIF MASA DEPAN KAWASAN KOTA TUA SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI BUDAYA DAN ARSITEKTUR

TUGAS KONSERVASI 
PROSPEKTIF MASA DEPAN KAWASAN KOTA TUA SEBAGAI KAWASAN
KONSERVASI BUDAYA DAN ARSITEKTUR




DI SUSUN OLEH :
                                             AHMAD SOFWAN              20313466
                                   

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2017


Prospektif Masa Depan Kawasan Kota Tua Sebagai Kawasan
Konservasi Budaya Dan Arsitektur

Latar belakang
Jakarta merupakan Kota yang menyimpan banyak sekali harta di dalamnya. Salah satu harta yang masih dapat dirasakan olah masyarakatnya hingga sekarang adalah arsitektur tuanya. Salah satu kawasan sejarah yang sangat dilindungi adalah kawasan Kota Tua Jakarta. Diusianya yang sudah tua sejak terbentuknya Kota Jakarta, kawasan Kota Tua memiliki nilai historis yang tinggi, maka sudah sepatutnya warisan tersebut harus terus dilindungi dan dipertahankan kelestariannya.
Upaya konservasi terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah hilangnya identitas serta meningkatkan pariwisata dan bisnis kawasan Kota Tua Jakarta. Pembangunan yang masih terus berjalan tersebut masih memiliki kekurangan diantaranya, image kota tua yang masih dinilai kurang menguntungkan dilihat dari sisi bisnis skala besar, kurangnya fasilitas penunjang kawasan yang berakibat kurang nyamannya area terbuka bagi pengunjung terlebih ketika cuaca sangat terik, kondisi infrastruktur yang kurang mendukung, lalu lintas yang tidak teratur, kualitas lingkungan yang masih rendah, serta area parkir yang masih berantakan.
Melihat kondisi Kota Tua yang masih banyak memiliki permasalahan, maka perlu adanya upaya menyeluruh dari berbagai lapisan masyarakat khususnya di Ibukota Jakarta untuk mewujudkan Kota Tua sebagai kawasan pariwisata dan kawasan cagar budaya yang mendukung Kota Jakarta.
Prospektif kota tua
Kawasan kota tua mempunyai beberapa bangunan yang identik dengan kawasan arsitektur masa lalu yang dibuat oleh belanda dengan gaya bangunan klasik, dengan seiring perkembangan zaman kota tua di benahi oleh pemerintah sebagai kawasan budaya dan juga arsitektur masa lalu yang bisa dikenang hingga sekarang tanpa menghilangkan sedikitpun arsitektur masa lalau itu sendiri.
Berapa konservasi yang terjadi pada kawasan kota tua :

  1. Pembaharuan warna pada kawasan kota tua yang sudah cukup kusam dan perlunya perbaikan warna itu sendiri tanpa adanya pengurangan karakter bangunan itu snediri serta kawasan itu sendiri, sehingga bangunan tetap mempunyai karakteristik bangunan itu sendiri.
  2. Perbaikan pada kota tua yang sudah mulai rusak, sehingga bangunan tetap terjaga akan karakter bangunan masa kolonial yang kokoh tanpa mengurangi sedikitpun bangunan itu sendiri, malah membuat bangunan tanpak kterlihat sangan cantik layaknya bangunan kolonial yang masik yang dibuat pada masa itu.
  3. Perbaikan kawasan yang lebih tertata lebih baik dalam  merespon masa depan yang diterapkan pada kawasan itu sendiri, sehingga kawasan kota tua tetap terjaga tapi mendapatkan respon bangunan dan kawasan yang sangat baik, dengan adanya perbaiakan yang terjadi pada bangunan sehingga bangunan terjaga dan serta kawasan itu sendiri.
Beberapa bangunan yang terdapatkan pada kawasan kota tua :
1. Museum Fatahillah
Bangunan yang tadinya merupakan balai kota Batavia VOC tersebut bentuknya masihlah terjaga dari dahulu zaman penjajahan Belanda hingga saat ini. Keaslian bentuk bangunannya masih terlihat jelasa dan terjaga baik. Beberapa kali sempat dilakukan kegiatan konservasi terhadap bangunan tersebut mulai dari perbaikan bagian bangunan hingga pengecatan rutin pada fasade bangunan.


2. Cafe Batavia
Cafe Batavia adalah sebuah kafe yang berada di daerah Kota Tua, bereksterior antik dengan arsitektur khas peninggalan zaman kolonial Belanda. Cafe Batavia menawarkan keindahan interior unik. Konsep yang ditawarkan Cafe Batavia ini sangatlah menarik karena mengangkat temamasa lalu Jakarta yang akan membuat pengunjung mengenang masa lalunya di Cafe Batavia ini. Interior yang mendukung tentu saja akan semakin membuat pengunjung betah untuk berlama-lama di cafe tersebut untuk mengenang masa lalunya.

3. PT. Jakarta Llyod

4. Dasaad Musin
Gedung ini terletak di kawasan kota tua Jakarta lebih tepatnya bersebelahan dengan gedung Jasindo. Bangunan dibangun sekitar 1920 dan berfungsi sebagai Rumah Tinggal. Gaya bangunan Gedung ini adalah neoklasik. Kondisi Gedung ini makin lama makin memperihatinkan karena keadaannya yang sudah rusak disana-sini sehingga tidak bisa difungsikan lagi.
Gedung ini akan direstorasi dimana akan dikembalian ke dalam bentuk aslinya dan difungsikan sebagai ruang publik nantinya. Rencananya bangunan berlantai 3 itu akan dibuat kafe pada lantai satu dan perkantoran di lantai 2 dan 3. Adapun kesulitan dalam mencari data karena kepemilikan yang bergati-ganti diamana tahun 1946-1958 untuk kepemilikan atas nama Dassaad Mussin Concern dan sekarang kepemilikan ada di tangan Wahidin Saleh.[1] Saat ini Gedung Dasaad Musin Concern yang sekarang dalam proses restorasi bisa dilihat dari gambar berikut.


5. Jasindo
Gedung Jasindo adalah bangunan bekas gedung NV West-Java Handel-Maatschappij (WEVA) atau Kantoorgeouwen West-Java Handel-Maatschappij, yang dibangun pada tahun 1912. Desain bangunan ini dilakukan oleh NV Architecten-Ingenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed. Cupers te Amsterdam.
Gedung ini sekarang dimiliki oleh PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), namun sudah tidak dipergunakan lagi lantaran kondisi gedung sudah mengkhawatirkan. Pada bagian atapnya mengalami pelapukan. Setelah gedung dikosongkan oleh PT Jasindo, gedung tersebut dimanfaatkan untuk hiburan biliar. Sebagian lagi digunakan untuk berjualan pakaian, rokok, dan minuman ringan. Kondisi ini menyebabkan bangunan tersebut semakin tidak terurus dan sangat memprihatinkan karena dibiarkan terbengkelai oleh PT Jasindo tanpa ada pemeliharaan dan perbaikan.

6. Kantor Pos Indonesia
Bangunan ini dirancang oleh Ir. R. Baumgartner yang bekerja sebagai arsitek pada Bouw Kundig Bureau pada departemen Van BOW. Gedung yang sejak awal memang dirancang sewbagai kantor pos ini dibangun pada tahun 1928.Bangunan didominasi adanya lubang-lubang jendela vertikal mengimbangi bangunan yang “horizontal” melebar. Ketinggian langit-langit yang relatif tinggi memungkinkan penghawaan alamiah sehingga mendukung kenyamanan bangunan.Secara fisik bentuk bangunan gedung Kantor Pos dan Giro Pasar Baru menunjukkan arsitektur Belanda dengan relung serta kaca-kaca berkembang yang menghiasi bagian depan gedung, bentuknya mirip bangunan stasiun Kereta Api Jakarta Kota.Atap terbuat dari seng dengan tiang-tiang besi pipih sebagai penyangga.

7. Museum Keramik dan Seni Rupa
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik dengan luas bangunan ±2430m² dan dibangun diatas tanah seluas + 8875 m². Museum ini memiliki gaya arsitektur Eropa Empire. Ciri khas gaya arsitektur ini pada umumnya bagian atas depan berbentuk segitiga yang menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras depan ditopang tiang pilar atau Doric (doria). Tiang-tiang pilar seperti ini juga dijumpai pada bangunan dari jaman Mesir Kuno sebagai simbol atau penggambaran dari pasukan tentara yang mendukung kekuatan dan kokohnya kerajaan. Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dirancang oleh Jhr. W H.F.H. Raders. Berikut gaya arsitektur Eropa yang diaplikasikan pada bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik

8. Museum Wayang
Gedung yang telah dipugar berkali – kali mulai dari gereja. Lalu fungsi selanjutnya adalah sebagai tempat dengan tujuan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah.
Kemudian dijadikan museum dengan nama “de oude Bataviasche Museum “ atau museum Batavia Lama yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer, pada 22 Desember 1939. 

(http://asosiasimuseumindonesia.org/23-profil-museum/dki-jakarta/24-museum-wayang.html)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Popular Posts