google3e295b9834190349.html AHMADSOFWAN
Subscribe:

Pages

Rabu, 07 Juni 2017

RUANG LINGKUP KONSERVASI, KATEGORI OBJEK PELESTARIAN KATEGORI OBJEK PELESTARIAN


RUANG LINGKUP KONSERVASI, KATEGORI OBJEK PELESTARIAN KATEGORI OBJEK PELESTARIAN :

1. Lingkungan Alami (Natural Area)
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar 50.276,3 ha.
Taman nasional ini adalah salah satu tujuan wisata utama di Jawa Timur. Dengan adanya penerbangan langsung Malang-Jakarta dan Malang-Denpasar diharapkan jumlah kunjungan wisatawan asing maupun domestik akan semakin meningkat. Selain Gunung Bromo yang merupakan daya tarik utama, Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki. Meski demikian untuk sampai ke puncak Semeru tidaklah semudah mendaki Gunung Bromo dan para pendaki diharuskan mendapat izin dari kantor pengelola taman nasional yang berada di Malang.

http://riyaditei.blogspot.co.id/2015/03/daftar-taman-nasional-di-indonesia.html


2. Kota dan Desa (Town and Village)
Kota Tua Surabaya
Surabaya merupakan kota pelabuhan penting pada zaman Belanda setelah Jakarta dan Semarang. Sisa-sisa bangunan besar dari perusahaan-perusahaan ternama Belanda banyak terdapat di kota Surabaya. Bangunan-bangunan tersebut tersebar di daerah Surabaya Utara seperti jalan Rajawali, Kembang Jepun, Tunjungan, Veteran dan Pahlawan. Di kawasan ini juga terdapat masjid tua Sunan Ampel sebagai salah satu tempat ziarah Walisongo, Tugu Pahlawan yang merupakan maskot kota Surabaya sebagai kota pahlawan, masjid merah Cheng Hoo – sebuah masjid bergaya klenteng, dan jembatan fenomenal, Jembatan Merah, yang merupakan simbol perlawanan rakyat Surabaya terhadap pendudukan Belanda.
Beberapa bangunan kuno bergaya Eropa yang klasik dan cantik banyak yang masih terawat dengan baik dan digunakan sebagai  perkantoran sampai sekarang seperti Hotel Ibis Surabaya, Hotel Majapahit, Kantor Gubernur, Kantor Bappeda, Bank Mandiri, Kantor Pos Besar dan Kantor PTPN. Namun banyak juga yang kondisinya kosong, kotor, tak terawat dan menyeramkan.



3.  Garis Cakrawala &amp. Koridor Pandang (Skylines and View Corridor)


4. Kawasan (Districts)
 Kawasan Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan

5. Wajah Jalan (Street - Scapes)
Jalan Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo.
Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg Jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim, dan lain-lain di sepanjang jalan ini.
http://scarheals.blogspot.co.id/2016/03/konservasi-arsitektur-tugas-2-jawa.html

6. Bangunan (Buildings)
Benteng Kuto Besak
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

http://hellopalembang.com/benteng-kuto-besak-benteng-buatan-wong-palembang/

7. Benda Peninggalan (Object and Fragments)
 Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, tidak jauh dari sungai Ci Sadane, Bogor. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Tarumanagara. Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh yang terdiri dari empat baris dan pada bagian atas tulisan terdapat pahatan sepasang telapak kaki, gambar umbi dan sulur-suluran (pilin) dan laba-laba.

https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Ciaruteun#cite_note-Zahorka-1
SUMBER :
http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/siteregnas/public/objek/detailcb/PO2015121600018/Kompleks-Percandian-Gedongsongo
http://www.tradisikita.my.id/2016/03/yang-unik-talepong-batu-talang-anau.html
(http://abadisantosoganteng.blogspot.co.id/2011/04/bangunan-cagar-budaya.html)
http://kanthiasihgusti.blogspot.com/2017/06/ruang-lingkup-konservasi-kategori-objek.html



KONSERVASI KOTA TUA

TUGAS KONSERVASI
KONSERVASI KOTA TUA 


DI SUSUN OLEH :
                                         AHMAD SOFWAN              20313466
                                    

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2017





BAB I
PENDAHULUAN 
1.1.   Pengertian Konservasi Arsitektur
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam. Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.1
Konservasi adalah sebagai konsep proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung terpelihara dengan baik. Meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi dan situasi lokal.
1.2.   Sasaran Konservasi :
    1. Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian
    2. Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini
  3. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian
   4. Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi.
1.3.   Ruang Lingkup Konservasi :
Kategori obyek konservasi :

  1. . Lingkungan Alami (Natural Area)
  2.       Kota dan Desa (Town and Village)
  3.       Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
  4.        Kawasan (Districts)
  5.        Wajah Jalan (Street-scapes)
  6.       Bangunan (Buildings)
  7.       Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

1.4.   Manfaat Konservasi :

  1.   Memperkaya pengalaman visual
  2.       Memberi suasana permanen yang menyegarkan
  3.       Memberi kemanan psikologis
  4.       Mewariskan arsitektur
  5.       Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

1.5.   Peran Arsitek Dalam Konservasi :
1.  Internal 
Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

   2. Eksternal :
Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.
1.6.   Pengertian Preservasi
Preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut.
Tujuan mempreservasi adalah untuk menjadikan suatu objek, biasanya yang mempunyai nilai historik yang tinggi, agar tetap seperti adanya dengan maksud untuk dijadikan sebagai pelajaran, acuan, maupun bahan kajian yang bernilai hisorik.
IRPS (Indonesian Railway Preservasion Society) dibentuk dengan maksud untuk membantu operator Kereta Api di Indonesia, dalam hal ini PT KA, untuk bekerja sama mempreservasi aset-aset PT KA, yang bernilai sejarah. IRPS sendiri dibentuk oleh orang-orang yang sangat mencintai kereta api (railfans), khususnya para pecinta kereta api yang juga menghargai kereta api sebagai suatu sejarah yang unik. IRPS mendorong secara aktif PT KA, bersama dengan masyarakat pecinta kereta api untuk, mepreservasi aset-aset PT KA, baik berupa Kereta, Lokomotif, Bangunan, maupun situs-situs bersejarah yang berhubungan dengan perkeretaapian di Indonesia.
1.7.   Renovasi
renovasi adalah pembangunan ulang atau perbaikan, biasanya sebuah situs yang memiliki makna histori


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Konservasi Stasiun Jakarta Kota
2.1.1.      Latar Belakang Bangunan

Gambar 1. Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Data Pribadi (2017)
2.1.3.      Biodata Bangunan  :
-             Nama Bangunan         : Stasiun Jakarta Kota
-             Tahun Pembangunan   : 1926 - 1929
-             Arsitek                        : Frans Johan Louwrens Ghijsels
-             Fungsi Awal                : Stasiun Kereta
-             Fungsi Sekarang          : Stasiun Kereta
-             Langgam                     : Art Deco
-             Klasifikasi Bangunan : Membentuk Kawasan Sejarah
-             Kondisi Bangunan      : Baik
Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Stasiun Jakarta Kota (JAKK), adalah stasiun kereta api terbesar di Indonesia yang terletak di Kelurahan Pinangsia, kawasan Kota Tua, Jakarta, Indonesia. Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan awal/akhir), yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi.
Stasiun Jakarta Kota atau yang dulunya lebih dikenal dengan nama Batavia Zuid atau Stasiun Beos, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api  menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya dipimpin oleh seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels dan selesai pada 19 Agustus 1929 kemudian diresmikan dan digunakan untuk pertama kalinya pada 8 Oktober 1929 oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa di Hindia Belanda pada 1926-1931.
Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu (Beos) dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Namun sayangnya hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi tersebut. Yang pertama, Beos merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos) adalah stasiun kereta api berusia tua yang berada dalam kawasan di Kota Tua Jakarta. Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos, dan menurut artikel dalam wikipedia ada beberapa versi dalam mengartikan nama Beos, yakni sebagai berikut :
a.    Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
b.    Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
c.    Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia. Stasiun Kota (1929).
Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.
Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft dan mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels, yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.
Kriteria pemilihan bangunan konservasi berdasarkan kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2012, yakni :
a.    Berusia 50 tahun / lebih
b.    Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
c.    Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahun, pendidikan, agama dan atau kebudayaan
d.   Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
1.    Pembahasan
a.    Analisis Stasiun Jakarta Kota

Gambar 2. Interior Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Data Pribadi (2017)
Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993 dan sudah berumur 142 tahun. Walau masih berfungsi, di sana-sini masih terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya pun mulai terusik dengan adanya kabar mau dibangun mal di atas bangunan stasiun.


Gambar 3. Struktur Atap Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Data Pribadi (2017)

Gambar 4. Rel Stasiun Jakarta Kota
Sumber : Data Pribadi (2017)
Beberapa tahun lalu rel kereta api di Stasiun Jakarta Kota ini kebersihannya yang kurang terawat, seperti sampah yang bereserakan di rel-rel kereta. Tetapi sekarang pihak KAI sudah melakukan upaya peningkatan pembersihan pada rel kereta api tersebut, sehingga rel kereta api di sekitaran stasiun ini sudah cukup bersih.
Selain itu, banyak juga orang yang tinggal di samping kiri kanan rel di dekat stasiun yang sangat mengurangi nilai estetika stasiun kebanggaan ini.
b.    Karakter Bangunan
Stasiun Beos/ Stasiun Kota merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.


Gambar 5. Konsep Art Deco Pada Atap Stasiun
Sumber : Data Pribadi (2017)
Dengan balutan art deco yang kental yang keindahannya dapat dilihat dari bentuk atap dan bentuk pilar – pilar pintu utama pada sisi kiri, kanan, dan depan bangunan, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana namun mengandung unsur seni yang tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.

Gambar 6. Kondisi Bangunan Pada Pintu Selatan Stasiun
Sumber : Data Pribadi (2017)
Kondisi bangunannya yang kurang terawat dengan baik sehingga hanya terlihat sebagai bangunan tua yang masih layak pakai. Seiring dengan perkembangan zaman, bangunan Stasiun Jakarta Kota ini sendiri semakin terusik/ tertutupi dengan kepadatan bangunan di kota Jakarta sebagai dampak dari lajunya pertumbuhan kota yang kurang terkendali. Sedangkan jika ditelusuri lebih jauh, bangunan Stasiun Kota ini sendiri sebenarnya sudah ditetapkan dalam peraturan pemerintah DKI Jakarta sebagai bangunan cagar budaya yang umumnya bisa digunakan untuk menarik kunjungan wisata baik dari dalam maupun luar negeri untuk menyimak kembali bagaimana perjalanan perkembangan kota Jakarta sejak zaman colonial hingga sekarang ini.
Berikut dibawah ini adalah beberapa foto Stasiun Jakarta Kota pada tempo dulu sekitar tahun 1929 :

Gambar 7. Tempo Dulu Stasiun Jakarta Kota (1929)
Sumber : http://f-pelamonia.blogspot.co.id
c.    Denah Bangunan Stasiun Jakarta Kota

        Gambar 8. Denah Stasiun Jakarta Kota
Sumber : http://f-pelamonia.blogspot.co.id
1)   Bangunan tunggal yang memiliki pola asimetris baik pada bentuk dasar denah maupun fasade bangunan.
2)   Menggunakan atap lengkung sebagai cirri khas dari bentuk Art Deco.
3)   Fasade mempunyai bentuk yang simetris dan dibangun dengan gaya arsitektur art deco yang terlihat pada pilar-pilar atap pintu utama, pintu utara dan pintu selatan.

   Gambar 9. Atap Lengkung Stasiun Jakarta Kota
     Sumber : Data Pribadi (2017)
d.   Konsep Perancangan Konservasi
1)   Eksterior

   Gambar 10. Eksterior Stasiun Jakarta Kota
   Sumber Data Pribadi (2017)
·         Menggunakan karakter kota tua / kota lama sebagai daya tarik untuk memberikan nilai tambah pada bangunan Stasiun Jakarta Kota.
·         Mempermudah pencapaian ke dalam kawasan, menata sirkulasi kendaraan, dan pejalan kaki di dalam kawasan, serta menyediakan sarana parkir yang mampu memenuhi kebutuhan aktivitas pengunjung pada kawasan di sekitar bangunan Stasiun Jakarta Kota.
·         Menata kembali system peragangan kaki lima yang berada di sekitar bangunan agar terlihat lebih rapi dan bersih.
· Pengadaan kembali kawasan – kawasan hijau di sekitar lokasi seperti taman dan sejenisnya sebagai sarana penunjang dan nilai tambah dari bangunan.
·         Pengolahan fasad yang lebih menarik dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, penertiban bagian - bagian fasilitas bangunan yang mencederai fasad bangunan sebagai bagian dari usaha mempertahankan jejak sejarah di kawasan Stasiun Jakarta Kota dan sekitarnya.
·         Penataan kebersihan dan keamanan di sekitar bangunan juga sangat dibutuhkan untuk memperlihatkan nilai sejarah dari sisi eksterior bagunan.

2)   Interior

Gambar 11. Interior Stasiun Jakarta Kota
   Sumber Data Pribadi (2017)
·         Penertiban kegiatan penjualan di dalam Stasiun sangat dibutuhkan guna menjaga kebersihan dan kenyamanan penggunan stasiun.
·         Pengaturan tata tertib di dalam stasiun juga sangat dianjurkan untuk menjaga ketertiban pengguna KRL sekaligus menciptakan pemandangan yang suasan yang nyaman di dalam stasiun.
·         Khusus untuk bagian - bagian stasiun yang telah termakan usia atau yang tidak terurus, dianjurkan untuk melakukan perbaikan dan penataan kembali agar tidak menimbulkan pemandangan atau suasana yang mengganggu.
·         Pengadaan fasilitas – fasilitas seperti tempat duduk sangat dianjurkan untuk memberikan tempat istirahat sementara bagi para pengguna KRL yang menunggu kedatangan/ keberangkatan KRL.
·         Penyediaan fasilitas penyebrangan antar rel/ tempat pemberhentian kereta juga sangat perlu. Selain untuk mengurangi waktu dan jarak tempuh yang jauh karena harus kembali melalui jalur yang melalui dalam stasiun, juga mencegah terjadinya kecelakaan kereta yang disebabkan oleh aksi nekat para pengguna KRL yang menyebrang melalui jalur kereta.


BAB III
KESIMPULAN
3.1.   Kesimpulan
Upaya konservasi Stasiun Jakarta Kota merupakan hal yang harus dilakukan mengingat bangunan ini merupakan bangunan landmark dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bangunan stasiun harus mampu terintegrasi dengan perkembangan penumpang, juga mampu mengakomodasi kebutuhan penumpang dengan baik, serta mampu tampil representatif sebagai gerbang menuju Kawasan Kota Tua yang saat ini sedang direvitalisasi oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA


Popular Posts

Popular Posts